PROPER sebagai Penggerak Pencapaian Tujuan SDG’s dan Dunia Usaha

PROPER sebagai Penggerak Pencapaian Tujuan SDG's dan Dunia Usaha 1

Hadir sebagai narasumber seminar yaitu Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Kementerian PPN/ Bappenas RI; Dr. Suzzy Anna (SDGs Center Universitas Padjadjaran); Ketua APPI (Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia); Ketua APBI – ICMA (Asosiasi Perusahaan Batubara Indonesia – Indonesian Coal Mining Association); IPA (Indonesian Petroleum Association); Ketua GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia); dan Ketua ALLIN (Asosiasi Lingkungan Ketenagalistrikan Indonesia). Sekitar 200 orang hadir sebagai peserta yang berasal dari Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, SDGs Center di Universitas, Praktisi, Dunia Usaha, dan Mahasiswa.

Kriteria PROPER pada aspek lebih dari ketaatan mensinergikan pengurangan dan pemanfaatan limbah B3, 3R (reduce, reuse, recycle), limbah padat non B3, efisiensi air, penurunan beban pencemaran air limbah, perlindungan keanekaragaman hayati dan pemberdayaan masyarakat. Pemerintah sebagai penggerak utama pencapaian tujuan SDGs memerlukan kolaborasi dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan yaitu industri (sektor swasta/bisnis), media, masyarakat, NGOs, lembaga pendidikan dan stakeholders lainnya.

Dalam sambutan pembukaan, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, M.R. Karliansyah, mengatakan “Peran dunia usaha dapat berkontribusi lebih dengan menginternalisasikan SDGs ke dalam roadmap perencanaan dan program perusahaan agar dapat mendukung dan berkolaborasi untuk pencapaian target SDGs Nasional. Seminar ini diharapkan dapat menjadi langkah awal, langkah pembuka untuk lebih mengkonkretkan, mencari sinergi dalam merumuskan peran dunia usaha dalam mewujudkan SDGs”.

Jumlah industri yang dipantau melalui PROPER pada tahun 2018 adalah 1.906 perusahaan, yang terdiri dari 916 Agro, 555 MPJ, PEM 435. Dari 437 industri calon kandidat Hijau, KLHK mencoba memetakan keterkaitan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mencapai SDGs. Pada tahun 2018 ini, diperoleh hasil sebanyak 8.474 kegiatan yang menjawab tujuan SDGs, dan dapat dinilai setara uang sebesar Rp 38,9 Triliun. Dari 1.583 kegiatan diantaranya atau 19 persen menjawab tujuan SDGs ke 12 yaitu menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.

Dari hasil evaluasi diperoleh bahwa efisiensi energi mencapai sekitar 273,61 juta GJ, penurunan emisi GRK sebesar 306,94 juta ton CO2e, penurunan emisi udara sebesar 18,69 juta ton, reduksi LB3 sebesar 16,34 juta ton, 3R limbah non B3 sebesar 6,83 juta ton, efisiensi air sebesar 543.399 juta m3, penurunan beban pencemaran air sebesar 31,72 juta ton serta dana bergulir pemberdayaan masyarakat sebesar Rp 1.531 triliun.

Tahun ini tercatat terdapat 542 inovasi yang berasal dari: (1) upaya efisiensi energi sebanyak 135 inovasi; (2) efisiensi dan penurunan beban pencemaran air 65 inovasi; (3) penurunan emisi 72 inovasi; (4) 3R Limbah B3 95 inovasi; (5) 3R Limbah padat non B3 53 Inovasi; (6) keanekaragaman hayati 66 inovasi; dan (7) upaya pemberdayaan masyarakat sebanyak 56 inovasi.

Bagi dunia usaha untuk dapat menjalankan SDGs, terdapat sejumlah tantangan yang dapat dikelola yaitu (1) mengapa suatu tujuan SDGs penting terhadap bisnis, (2) kegiatan atau program apa yang dapat dilakukan perusahaan, (3) kemungkinan relasi antara pencapaian suatu tujuan SDGs dengan tujuan lainnya sehingga dapat dicari kemungkinan pencapaian secara simultan atau paralel. (adv)

This site uses cookies to offer you a better browsing experience. By browsing this website, you agree to our use of cookies.
Scan the code